Sumber : Reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Kementerian Pariwisata Mesir, bekerja sama dengan Meta Company, meluncurkan teknologi augmented reality baru di Museum Mesir Kuno untuk menarik pengunjung muda dan memberikan kesempatan untuk melihat versi digital dari patung yang belum selesai dalam bentuk aslinya dan lengkap.
Ali Abdel Halim, Direktur Jenderal Museum, berkata, "Ini adalah pengalaman augmented reality, salah satu pengalaman tampilan virtual. Kami memilih sekelompok artefak dalam proyek bernama Revival (dalam bahasa Inggris), yang melakukan rekonstruksi virtual (dalam bahasa Inggris). Bahasa Inggris) dari sekelompok artefak yang tidak lengkap.”
Mengutip reuters (16/11) kerja sama dengan Meta dilakukan melalui penggunaan teknologi augmented reality milik perusahaan di Instagram. Ini mencakup penyediaan konten dalam bahasa Arab dan Inggris dengan memindai barcode yang dipasang di bawah setiap patung dan menunjukkan salinan digital dari tampilan asli sejumlah artefak yang ditampilkan, di Museum Mesir yang terletak di Lapangan Tahrir di Kairo.
Abdel Halim menjelaskan, "Contohnya, kami punya kepala patung Ratu Hatshepsut... Ketika dia datang untuk dipajang di sini, sisa patungnya tidak ada bersama kami. Kami mencoba membiarkan pengunjung membayangkan seperti apa rupa patung ini seperti apa. Kami mengerjakannya dengan Meta Company dengan sistem filter di Instagram. Kami telah mengerjakannya selama sekitar satu setengah tahun.”
Ia melanjutkan, pihaknya membuat konten ilmiahnya dalam bahasa Arab dan Inggris, sehingga ketika didekati, kodenya terletak di sebelah artefak.
“Instagram, ponsel Anda mulai mengenali artefak di depannya, dan Anda mendapatkan gambar lengkap dari artefak tersebut dan Anda dapat memutar gambar tersebut,” lanjutnya.
Fares Al-Akkad, Direktur Regional META untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan, “Inisiatif restorasi barang antik yang kami lakukan adalah unik dan yang pertama di dunia... Inisiatif ini bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Museum di Mesir, dan tujuannya adalah untuk memulihkan secara digital budaya Mesir yang ada saat ini dan menyebarkan budaya Mesir ke seluruh dunia.”
Ia menambahkan, “Termasuk mempromosikan pariwisata ke Mesir, termasuk mendukung pendidikan dan kebudayaan Mesir serta menghadirkan metode yang lebih intuitif, terutama bagi segmen pemuda, bagaimana mereka dapat berinteraksi dengan sejarah dan mendapatkan kembali minat mereka terhadap peradaban kuno ini.”
Direktur umum museum mengatakan bahwa ide eksperimen ini adalah untuk mempromosikan artefak tersebut dengan cara yang berbeda. Orang-orang dari berbagai tempat dapat melihat gambaran lengkapnya. Mereka juga menargetkan sebuah kelompok sasaran baru baginya yaitu kelompok pemuda.
“Ketika saya baru (direktur museum) saya perhatikan bahwa kebanyakan yang mengunjungi museum adalah orang tua atau membawa serta anak-anak mereka. Namun kelas putri (dalam bahasa Inggris) dan generasi muda tidak menerima hal yang sebenarnya dan mereka menyukai teknologi, mereka suka mencoba sesuatu, jadi kami suka memasukkannya ke dalamnya. Hal-hal baru yang menarik Kaum muda yang mengunjungi museum memiliki sesuatu yang mereka sukai," tuturnya.